Thích Quảng Đức : Biksu yang Membakar Diri Demi Agamanya
![]() |
Foto diambil oleh jurnalis Malcom Browne dan mendapatkan penghargaan World Press Photo of The Year pada Tahun 1963. |
Pada tahun 1963 tepatnya tangal 11 Juni seorang biksu senior bernama Thích Quảng Đức membakar dirinya sendiri di Kota Saigon yang sekarang dikenal sebagai Ho Chi Minh City. Aksi ini ia lakukan sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Vietnam yang kala itu di pimpin oleh Presiden Ngô Đình Diệm yang hanya pro terhadap agama katolik. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang keluarga sang presiden dimana ia merupakan keturunan bangsawan katolik di Vietnam.
Latar Belakang
Umat Budha Mengalami Penindasan
Presiden Ngô Đình Diệm mulai berkuasa pada awal tahun
1960-an, ia dikenal sebagai presiden yang minim toleransi terhadap agama lain
selain katolik salah satunya adalah agama Buddha. Beliau juga memiliki rencana
untuk meng-katolikan rakyat Vietnam. Ngô Đình Diệm memberlakukan kebijakan
dengan sangat memihak umat katolik dan membatasi kebebasan beragama bagi umat
Buddha.
Umat katolik diberikan akses prioritas ke pekerjaan
pemerintah dan militer, mereka sering kali mendapatkan hak istimewa untuk
mengatur wilayah tanpa banyak pengawasan dari pemerintah pusat. Selain itu umat
katolik juga diberi prioritas dalam pembagian tanah, bantuan ekonomi dan
pembangunan fasilitas publik, tidak seperti umat Buddha yang sering diabaikan.
Sementara itu para pemimpin Buddha sering diawasi dan diperketat. Tidak hanya
itu rezim Diệm juga memata-matai para pemimpin Buddha terutama mereka yang
berani berbicara menentang kebijakan pemerintah. Mereka yang berani menentang
pemerintahan akan ditangkap, dipenjara dan disiksa.
Konversi paksa juga terjadi di pemerintahan Ngô Đình Diệm. Dikarenakan
umat kalolik lebih banyak diuntungkan beberapa penganut Buddha didorong atau
terdorong untuk pindah agama dari Buddha ke Katolik demi mendapatkan keuntungan
ekonomi dan sosial. Mereka yang berpindah agama tersebut mendapatkan
perlindungan lebih baik dari ancaman komunis dan bisa mendapatkan posisi dalam
pemerintahan.
Bahkan pada tahun 1963, Ngô Đình Diệm melancarkan operasi
militer yang dikenal sebagai “Serangan Pagoda” (Xi Loi Pagoda Raids). Pasukan
militer dan polisi menyerbu pagoda-pagoda Buddha diseluruh Vietnam Selatan pada
malam hari, menghancurkan banyak pagoda , membunuh biksu, serta menangkap
ratusan umat Buddha dan pemimpin agama.
Salah satu insiden yang paling membekas terjadi di bulan Mei
1963 yaitu pelarangan mengibarkan bendera Buddha pada perayaan Vesak yang
merupakan hari kelahiran sang Buddha. Hal ini dianggap sebagai penghinaan besar
terhadap kaum Buddha karena mereka tidak diizinkan merayakan hari suci agama
mereka secara terbuka. Disisi lain umat katolik bebas mengibarkan bendera
keagamaan mereka untuk berbagai macam acara.
Atas insiden bendera ini di bulan yang sama para biksu
mengadakan aksi protes damai untuk menentang pelanggaran pengibaran bendera Buddha,
yang dikenal sebagai insiden Hue. Namun pasukan pemerintahan menyerang para demonstran
dan mengakibatkan 9 orang kehilangan nyawanya. Peristiwa inilah yang memicu
ketegangan lebih parah lagi antara umat Buddha dan rezim Diệm hal ini jugalah
yang menjadi pemicu aksi bakar diri yang dilakukan oleh seorang biksu senior
yaitu Thích Quảng Đức
Kronoligi
![]() |
| Gambar lain diambil diambil oleh Browne. Foto aslinya hitam-putih, diedit oleh Sanna Dullaway. wikipedia commons |
Thích Quảng Đức yang pada saat kejadian berusia 66 tahun
menawarkan diri menjadi sukarelawan dalam aksi pembakaran diri itu sebagai simbol
pengorbanan demi kebebasan beragama. Pada tanggal 10 juni 1963, Thích dan biksu-bisku
lainnya melakukan perjalanan dari pagoda mereka di kota Saigon menuju lokasi
aksi. Aksi ini sudah dirahasiakan dari pemerintah setempat, namun mereka turut
mengundang beberapa biksu dan jurnalis, termasuk potografer Malcom Browne dan
koresponden David Halbertstam telah diundang untuk meliputnya.
Hari Aksi 11 Juni
1963
Dipagi hari para biksu dan sukarelawan berkumpul di
persimpangan jalan kota Saigon, dekat dengan Kedutaan Besar Kamboja. Thích duduk
bersila di tengah jalan yang sudah dikosongkan sambil dikelilingi para biksu
lainnya. Dua orang biksu menuangkan bensin ke seluruh tubuhnya.
Dengan posisi meditasi, Thích menyalakan korek api dan
seketika api menyambar seluru badannya. Biksu-biksu yang menyaksikan aksinya
disana beberapa mencoba untuk berlari ke arahnya namun aparat polisi yang
mengamankan aksi tersebut mencegahnya. Saat api menyelimuti tubuhnya, ia tidak
bergerak sama sekali bertahan pada posisi tersebut . Tidak terlihat tanda-tanda
dirinya meraung ataupun kesakitan, hal ini memperlihatkan kekuatan spiritual
dan pengorbanannya, dalam hitungan menit tubuhnya terjatuh dan terbujur kaku.
Serentak para biksu-biksu tersebut bersujud kearah Thích memberikan
penghormatan atas aksinya yang heroik dan kontroversial. Aksi ini berlangsung
selama 10 menit hingga api melahap tubuhnya dan Thích meninggal dunia.
Dampak Aksi Bakar Diri
Pengorbanan Thích Quảng Đức tidak sia-sia, apa yang telah ia
lakukan berhasil membawa dampak positif pagi umat Buddha. Setelah aksi tersebut
jenazah Thich dikremasi ulang di pagoda, dikatakan bahwa jantung Thich Quang
Duc tetap utuh tidak terbakar. Jantung Đức diletakkan dalam sebuah cawan di
Pagoda Xa Loi, hal ini diyakini merupakan simbol kasih sayang.
Malcom Browne yang memotret aksi tersebut fotonya tersebar
ke seluruh dunia dan menjadi simbol perlawanan damai atas ketidakadilan.
Tentunya peristiwa ini menarik perhatian global dan memperburuk citra
pemerintahan rezim Diem di mata dunia, termasuk Amerika Serikat. Browne juga
mendapatkan penghargaan Pulitzer atas foto yang telah ia ambil.
Respon Diệm terhadap kematian Đức sangat tidak diharapkan,
alih-alih menunjukan rasa bela sungkawa ia malah berkata bahwa dirinya sangat
terganggu atas aksi tersebut dan menyatakan jika seua ini adalah
kesalahpahaman. Diem juga berkata para ekstrimis telah memutarbalikkan fakta tentang
dirinya terhadap kaum Buddha. Kecewa dengan tanggapan sang presiden, aparat
pemerintahan diam-diem menyusun strategi untuk menggulingkan rezim Diem. Hingga
pada 2 November 1963 Ngô Đình Diệm dibunuh oleh kudeta jendralnya sendiri.


Komentar
Posting Komentar