Thích Quảng Đức : Biksu yang Membakar Diri Demi Agamanya

https://en.wikipedia.org/wiki/Th%C3%ADch_Qu%E1%BA%A3ng_%C4%90%E1%BB%A9c#/media/File:Self-immolation_of_Thich_Quang_Duc.jpg
Foto diambil oleh jurnalis Malcom Browne dan mendapatkan penghargaan World Press Photo of The Year pada Tahun 1963.


 

Pada tahun 1963 tepatnya tangal 11 Juni seorang biksu senior bernama Thích Quảng Đức membakar dirinya sendiri di Kota Saigon yang sekarang dikenal sebagai Ho Chi Minh City. Aksi ini ia lakukan sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Vietnam yang kala itu di pimpin oleh Presiden Ngô Đình Diệm yang hanya pro terhadap agama katolik. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang keluarga sang presiden dimana ia merupakan keturunan bangsawan katolik di Vietnam.


Latar Belakang        

Umat Budha Mengalami Penindasan

Presiden Ngô Đình Diệm mulai berkuasa pada awal tahun 1960-an, ia dikenal sebagai presiden yang minim toleransi terhadap agama lain selain katolik salah satunya adalah agama Buddha. Beliau juga memiliki rencana untuk meng-katolikan rakyat Vietnam. Ngô Đình Diệm memberlakukan kebijakan dengan sangat memihak umat katolik dan membatasi kebebasan beragama bagi umat Buddha.

Umat katolik diberikan akses prioritas ke pekerjaan pemerintah dan militer, mereka sering kali mendapatkan hak istimewa untuk mengatur wilayah tanpa banyak pengawasan dari pemerintah pusat. Selain itu umat katolik juga diberi prioritas dalam pembagian tanah, bantuan ekonomi dan pembangunan fasilitas publik, tidak seperti umat Buddha yang sering diabaikan. Sementara itu para pemimpin Buddha sering diawasi dan diperketat. Tidak hanya itu rezim Diệm juga memata-matai para pemimpin Buddha terutama mereka yang berani berbicara menentang kebijakan pemerintah. Mereka yang berani menentang pemerintahan akan ditangkap, dipenjara dan disiksa.

Konversi paksa juga terjadi di pemerintahan Ngô Đình Diệm. Dikarenakan umat kalolik lebih banyak diuntungkan beberapa penganut Buddha didorong atau terdorong untuk pindah agama dari Buddha ke Katolik demi mendapatkan keuntungan ekonomi dan sosial. Mereka yang berpindah agama tersebut mendapatkan perlindungan lebih baik dari ancaman komunis dan bisa mendapatkan posisi dalam pemerintahan.

Bahkan pada tahun 1963, Ngô Đình Diệm melancarkan operasi militer yang dikenal sebagai “Serangan Pagoda” (Xi Loi Pagoda Raids). Pasukan militer dan polisi menyerbu pagoda-pagoda Buddha diseluruh Vietnam Selatan pada malam hari, menghancurkan banyak pagoda , membunuh biksu, serta menangkap ratusan umat Buddha dan pemimpin agama.

Salah satu insiden yang paling membekas terjadi di bulan Mei 1963 yaitu pelarangan mengibarkan bendera Buddha pada perayaan Vesak yang merupakan hari kelahiran sang Buddha. Hal ini dianggap sebagai penghinaan besar terhadap kaum Buddha karena mereka tidak diizinkan merayakan hari suci agama mereka secara terbuka. Disisi lain umat katolik bebas mengibarkan bendera keagamaan mereka untuk berbagai macam acara.

Atas insiden bendera ini di bulan yang sama para biksu mengadakan aksi protes damai untuk menentang pelanggaran pengibaran bendera Buddha, yang dikenal sebagai insiden Hue. Namun pasukan pemerintahan menyerang para demonstran dan mengakibatkan 9 orang kehilangan nyawanya. Peristiwa inilah yang memicu ketegangan lebih parah lagi antara umat Buddha dan rezim Diệm hal ini jugalah yang menjadi pemicu aksi bakar diri yang dilakukan oleh seorang biksu senior yaitu Thích Quảng Đức


Kronoligi

Gambar lain diambil diambil oleh Browne. Foto aslinya hitam-putih, diedit oleh Sanna Dullaway.
wikipedia commons

            

Thích Quảng Đức yang pada saat kejadian berusia 66 tahun menawarkan diri menjadi sukarelawan dalam aksi pembakaran diri itu sebagai simbol pengorbanan demi kebebasan beragama. Pada tanggal 10 juni 1963, Thích dan biksu-bisku lainnya melakukan perjalanan dari pagoda mereka di kota Saigon menuju lokasi aksi. Aksi ini sudah dirahasiakan dari pemerintah setempat, namun mereka turut mengundang beberapa biksu dan jurnalis, termasuk potografer Malcom Browne dan koresponden David Halbertstam telah diundang untuk meliputnya.

Hari Aksi 11 Juni 1963

Dipagi hari para biksu dan sukarelawan berkumpul di persimpangan jalan kota Saigon, dekat dengan Kedutaan Besar Kamboja. Thích duduk bersila di tengah jalan yang sudah dikosongkan sambil dikelilingi para biksu lainnya. Dua orang biksu menuangkan bensin ke seluruh tubuhnya.

Dengan posisi meditasi, Thích menyalakan korek api dan seketika api menyambar seluru badannya. Biksu-biksu yang menyaksikan aksinya disana beberapa mencoba untuk berlari ke arahnya namun aparat polisi yang mengamankan aksi tersebut mencegahnya. Saat api menyelimuti tubuhnya, ia tidak bergerak sama sekali bertahan pada posisi tersebut . Tidak terlihat tanda-tanda dirinya meraung ataupun kesakitan, hal ini memperlihatkan kekuatan spiritual dan pengorbanannya, dalam hitungan menit tubuhnya terjatuh dan terbujur kaku.

Serentak para biksu-biksu tersebut bersujud kearah Thích memberikan penghormatan atas aksinya yang heroik dan kontroversial. Aksi ini berlangsung selama 10 menit hingga api melahap tubuhnya dan Thích meninggal dunia.


Dampak Aksi Bakar Diri      

Pengorbanan Thích Quảng Đức tidak sia-sia, apa yang telah ia lakukan berhasil membawa dampak positif pagi umat Buddha. Setelah aksi tersebut jenazah Thich dikremasi ulang di pagoda, dikatakan bahwa jantung Thich Quang Duc tetap utuh tidak terbakar. Jantung Đức diletakkan dalam sebuah cawan di Pagoda Xa Loi, hal ini diyakini merupakan simbol kasih sayang.

Malcom Browne yang memotret aksi tersebut fotonya tersebar ke seluruh dunia dan menjadi simbol perlawanan damai atas ketidakadilan. Tentunya peristiwa ini menarik perhatian global dan memperburuk citra pemerintahan rezim Diem di mata dunia, termasuk Amerika Serikat. Browne juga mendapatkan penghargaan Pulitzer atas foto yang telah ia ambil.

Respon Diệm terhadap kematian Đức sangat tidak diharapkan, alih-alih menunjukan rasa bela sungkawa ia malah berkata bahwa dirinya sangat terganggu atas aksi tersebut dan menyatakan jika seua ini adalah kesalahpahaman. Diem juga berkata para ekstrimis telah memutarbalikkan fakta tentang dirinya terhadap kaum Buddha. Kecewa dengan tanggapan sang presiden, aparat pemerintahan diam-diem menyusun strategi untuk menggulingkan rezim Diem. Hingga pada 2 November 1963 Ngô Đình Diệm dibunuh oleh kudeta jendralnya sendiri.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna di Balik Lilin Ulang Tahun: Tradisi, Simbolisme, dan Sejarahnya

4 Kisah Horor dari Kota Connecticut, Amerika Serikat

Halloween: Hal-hal yang Perlu Kamu Ketahui